TIMES TUBAN, JAKARTA – Gubernur dan Wakil Gubernur Papua Tengah terpilih, Meki Nawipa dan Deinas Geley, menegaskan bahwa mereka tidak akan menggunakan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) untuk acara pelantikan yang dijadwalkan berlangsung pada 20 Februari 2025.

Ketua tim pemenangan mereka, Yoti Gire, menyampaikan hal ini melalui pernyataan tertulis menyatakan, Meki Nawipa menilai bahwa penggunaan APBD untuk acara seremonial seperti pelantikan bukanlah kebijakan yang tepat.

Fokus pada Pembangunan, Bukan Seremoni

Sebagai provinsi baru, Papua Tengah memerlukan sumber daya besar untuk membangun fondasi awal di berbagai sektor, terutama pendidikan dan kesehatan. Oleh karena itu, menurut Yoti, gubernur dan wakil gubernur terpilih ingin memastikan bahwa dana publik digunakan untuk kepentingan masyarakat.

Arsip- Bupati Paniai Meki Nawipa bersama para ibu yang anak mereka menjadi penerima manfaat dana bantuan BANGGA Papua. (FOTO: Syaifullah/Yayasan BaKTI)

"Setiap rupiah dari uang rakyat harus dialokasikan dengan jelas, terutama untuk pembangunan masyarakat Papua Tengah. Prinsip kami adalah efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaan anggaran," ujar Yoti.

Saat ini, lanjutnya, masyarakat Papua Tengah masih menghadapi tantangan besar dalam akses terhadap layanan dasar, sehingga anggaran harus difokuskan pada sektor yang benar-benar bermanfaat.

"Pak Gubernur sudah menyatakan dengan tegas bahwa APBD tidak akan digunakan untuk pelantikan ataupun pesta rakyat," kata Yoti.

Menurutnya, prioritas utama kepemimpinan mereka adalah membangun Papua Tengah dari aspek fundamental. "Kami ingin memastikan bahwa kebijakan yang diambil benar-benar memberikan dampak nyata bagi masyarakat," ucapnya.

Meki Nawipa, yang sebelumnya berkarier sebagai pilot pesawat komersial sebelum menjabat sebagai Bupati Paniai, kini siap mengemban amanah sebagai pemimpin Papua Tengah bersama Deinas Geley.

Meki Nawipa, Sosok Pemimpin Visioner 

Lahir 6 Mei 1978 du Enartotali, Meki Nawipa adalah mantan pilot komersil yang bertugas di daerah-daerah terpencil di Papua.

Ia menempuh pendidikan penerbangan di Deraya Flying School, Halim, dari tahun 2000, dan MAF Flight Training Centre di Papua Nugini. Ia memperoleh sertifikat Private Pilot Licence (PPL).

Sejak 2008, ia memulai penerbangan di Papua yang melayani daerah-daerah terpencil dengan penduduk yang tersebar di Papua dengan pesawat yang berbasis di Sentani, Kabupaten Jayapura. 

Ia pernah bekerja di beberapa maskapai, termasuk MAF Sentani, Susi Air, Alfa Trans, dan Tariku Aviation.

Ia kemudian terjun di dunia politik dan bergabung dengan PDI Perjuangan. Pada tahun 2018 dan terpilih menjadi Bupati Paniai.

Selama masa kepemimpinannya, Meki fokus pada pembangunan infrastruktur dan peningkatan kualitas hidup masyarakat. Beberapa terobosan yang dilakukannya, seperti pengangkatan CPNS formasi 2018 dengan prioritas OAP (Orang Asli Papua) dan pengiriman mahasiswa ke luar negeri dengan beasiswa penuh, telah memperlihatkan komitmennya terhadap pembangunan sumber daya manusia.

Dalam sebuah wawancara, Meki membawa visi besar untuk membangun Papua Tengah, terutama dalam meningkatkan konektivitas antarwilayah dan kesejahteraan masyarakat adat. 

Dalam pernyataannya, Meki menegaskan komitmennya untuk membawa perubahan positif di Papua Tengah, termasuk dalam hal pembangunan infrastruktur dan mempercepat pertumbuhan ekonomi di daerah otonomi baru tersebut.

"Jika dipercaya menjadi Gubernur Papua Tengah, saya bertekad untuk mewujudkan impian masyarakat, membangun wilayah yang lebih baik, dan mencatat sejarah dalam pembangunan daerah ini," ungkap Meki. (*)